Kegiatan wisata minat khusus dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Ini tentunya sangat berdampak terhadap tempat-tempat yang memiliki daya tarik wisata khusus.
Salah satu wisata minat khusus yang mengalami pertumbuhan sangat signifikan adalah kegiatan penelusuran goa. Seperti kegiatan-kegiatan wisata lainnya, kegiatan penelusuran goa juga memberikan dampak positif dan negatif.
Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki kapasitas untuk mengembangkan kegiatan penelusuran gua karena potensi gua yang dimiliki sangat besar dengan keindahan yang luar bisa.
Hanya saja potensi besar yang dimiliki tersebut belum banyak dikenal oleh dunia luar dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Agar potensi wisata goa bisa dikenal, maka Dinas Pawisata dan Kebudayaan Pemkab Pangkejene bekerjasama dengan Expanindo dan Lalawa Hideung menggelar International Cave Festival.
Menurut Ketua Pelaksana Internasional Cave Festival, Hery Cahyadi berharap acara ini dapat mempromosikan kekayaan gua-gua karst di Indonesia sebagai daerah tujuan wisata minat khusus.
"Diharapkan pula, acara ini dapat menarik banyak minat wisatawan minat khusus," Kata Hery.
Kawasan Karst di Maros dan Pangkep, Pangkajene merupakan yang terbesar dan terindah kedua di dunia setelah kawasan karst di Cina. Gugusan karst yang terdapat di kawasan ini sebagian masuk dalam wilayah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung membentang seluas 43.750 hektar.
"Keunikan kawasan karst Maros Pangkep yang tidak terdapat pada kawasan-kawasan karst lainnya di Indonesia karena mempunyai bentang alam yang unik dan khas yang biasa disebut tower karst. Di kawasan itu, bukit-bukit kapur menjulang tinggi dengan tebing yang menantang," jelasnya.
Bahkan, bersama kawasan Karst di Pegunungan Sewu, kawasan karst Maros-Pangkep telah diusulkan sebagai situs warisan budaya dunia (World Heritage) kepada UNESCO sejak 2001 silam.
"Karst Maros Pangkep bukan sekedar deretan cadas. Berbeda dengan kebanyakan kawasan karst di tempat-tempat lain yang pada umumnya berbentuk Conicall Hill Karst (berbukit kerucut), karst Maros Pangkep berbentuk menara-menara (tower karst) yang berdiri sendiri maupun berkelompok membentuk gugusan pegunungan batu gamping yang menjulang tinggi," ujarnya menjelaskan.
Di antara bukit-bukit tersebut membentang dataran, dengan permukaannya yang rata. Bukit-bukit menara tersebut sejenis dengan yang ada di Cina Selatan dan Vietnam.
Di kawasan karst Maros Pangkep sedikitnya terdapat 268 gua. Selain memiliki stalaktit dan stalakmit yang indah, gua-gua itu juga menjadi habitat fauna langka dan merupakan situs prasejarah. Bahkan gua terpanjang dan terdalam di Indonesia pun ditemukan di karst Maros.
"Goa terdalam berbentuk sumur tunggal dengan kedalaman 260 meter ditemukan di Leang Leaputte. Adapun gua terpanjang diperkirakan ditemukan di sistem gua Salukkan Kallang, yang panjangnya mencapai 27 km," sambungnya.
Kawasan Karst Maros Pangkep juga menjadi habitat berbagai satwa langka dan endemik antara lain monyet hitam (Macaca maura) dan 125 jenis kupu-kupu dari sekitar 400 jenis yang pernah ada di kawasan karst tersebut. Biota unik juga hidup di dalam gua di kawasan ini. Beberapa diidentifikasi sebagai jenis satu-satunya di dunia.
Selain itu dengan berkembangnya wisata di Kawasan Karst Pangkep diharapkan dapat ikut memberdayakan dan melibatkan masyarakat local sehingga tercipta pembangunan pariwisata yang berkelanjutan yang turut melestarikan kawasan
"Selain itu, acara ini diharapkan dapat menciptakan kesepakatan antar pihak yang berkopeten untuk melestarikan kawasan karst," tegasnya.
Ada beberapa macam kegiatan yang akan dilakukan dalam acara ini, antara lain workshop, penelusuran gua, kegiatan lomba single rope technique, tour ke kawasan Kepulauan Pangkep untuk diving dan snorkeling.
"Selain itu akan diadakan juga hiburan tari-tari tradisional, penanaman pohon, pelatihan kegiatan penelusuran goa dan pameran peralatan penelusuran gua," ujarnya lagi.
Acara ini akan mengundang seluruh pecinta dan penelusur gua baik asosiasi, komunitas, akademisi maupun perseorangan dari seluruh dunia untuk membahas potensi-potensi, isu-isu dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengembangan wisata gua. Sehingga didapatkan suatu solusi dalam pengembangannya di masa depan.
"Acara sendiri akan dipusatkan di Desa Belae, Kegiatan akan dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 4-6 Oktober 2013 dan didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia," tambahnya.
Peserta berasal dari dalam dan luar negeri dengan jumlah masing-masing peserta, dari dalam negeri 300 orang dan peserta dari luar negeri 200 orang. (Tata Syahrul)
0 komentar:
Post a Comment